Fenomena Son Heung-min di MLS: Dampaknya Disamakan dengan Pelé dan Messi, Dipuji Karena Karakter Rendah Hati

0

Major League Soccer (MLS) tengah diguncang oleh kehadiran seorang bintang baru. Bukan sekadar pemain hebat, tetapi ikon yang membawa dampak masif di dalam dan luar lapangan. Son Heung-min (33), kapten tim nasional Korea Selatan, telah menjelma menjadi pusat perhatian sejak bergabung dengan Los Angeles FC (LAFC), bahkan kini pengaruhnya disandingkan dengan legenda sepak bola dunia, Pelé dan Lionel Messi.

Duet Maut Son dan Bouanga Mengguncang Liga

Sejak kedatangannya, Son langsung menjadi pemain kunci bagi LAFC. Media ternama Amerika Serikat, Sports Illustrated (SI), pada 14 September lalu menyoroti bagaimana Son Heung-min dan Denis Bouanga telah membentuk kembali lini serang LAFC dan menjadi duet paling berbahaya di liga saat ini.

Bukti nyata terlihat dalam kemenangan 4-2 atas San Jose Earthquakes. Dalam laga tandang tersebut, Son dan Bouanga menjadi aktor utama dari empat gol kemenangan tim. Son membuka keunggulan saat pertandingan baru berjalan 53 detik—menjadikannya gol ketiga tercepat dalam sejarah klub LAFC. Tak lama berselang, Bouanga menambah dua gol cepat pada menit ke-4 dan ke-7, sebelum akhirnya melengkapi hat-trick-nya di babak kedua.

“Ketika Son dan Bouanga dalam kondisi terbaik, mereka adalah penyerang kelas dunia yang bisa bermain di mana saja,” puji pelatih kepala LAFC, Steve Cherundolo. Bouanga sendiri mengakui kehadiran Son memberinya keuntungan besar. “Sejak Son datang, saya punya lebih banyak ruang. Bek lawan sering terisolasi karena harus menjaganya, dan itu membuat kami semua lebih bebas bergerak,” ungkap Bouanga, yang kini berada di ambang rekor sebagai pemain pertama dalam sejarah MLS yang mencetak 20 gol dalam dua musim beruntun.

Dampak Historis Selevel Pelé dan Messi

Pengaruh Son Heung-min tidak hanya terasa dari statistik gol dan assist (saat ini 2 gol dan 1 assist dari 5 laga). Sports Illustrated bahkan mengambil langkah lebih jauh dengan membandingkan “Efek Son” dengan momen-momen paling transformatif dalam sejarah sepak bola Amerika.

“Kehadirannya mengangkat level seluruh klub, melampaui kontribusinya untuk Bouanga dan rekan-rekan setimnya. Fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah sepak bola AS, kecuali era Pelé bersama New York Cosmos pada 1970-an dan kedatangan Messi di Inter Miami pada 2023,” tulis SI dalam analisisnya.

Seperti Pelé yang memicu ledakan popularitas sepak bola di Amerika dan Messi yang membawa Inter Miami meraih gelar Leagues Cup, Son dinilai sedang menapaki jejak yang sama. Ia tidak hanya menarik perhatian di lapangan, tetapi juga menggerakkan basis penggemar yang luar biasa besar.

Karakter dan Kerendahan Hati Seorang Superstar

Selain performa gemilang, kepribadian Son Heung-min juga menuai pujian setinggi langit. Mantan pemain timnas AS, Maurice Edu, yang kini menjadi pakar sepak bola untuk Apple TV, menyoroti karakter Son yang luar biasa.

“Son adalah pribadi yang mengagumkan,” ujar Edu. “Terkadang, seorang superstar mengabaikan sesi wawancara atau memilih kapan mereka mau bicara. Tapi Son merangkul sepenuhnya perannya di tim dan di liga. Dia selalu fokus pada segalanya.”

Edu juga terkesan dengan gaya bermain Son yang sama sekali tidak egois. “Untuk ukuran seorang superstar, level altruismenya sulit dipercaya. Dia tahu kapan harus egois, tetapi lebih sering dia mencari operan yang tepat atau cara untuk melibatkan rekan-rekannya dalam permainan. Sikapnya tidak pernah mengeluh, justru selalu berpikir, ‘Oke, bagaimana cara saya memotivasi tim ini?’ Ini adalah kualitas berharga yang dibutuhkan seorang bintang,” tegasnya.

Dukungan Luar Biasa dari Penggemar Korea

Edu, yang pernah bermain untuk Rangers di Skotlandia, teringat fenomena serupa saat legenda Korea lainnya, Ki Sung-yueng, bermain untuk rival mereka, Celtic.

“Penggemar dari Korea sungguh luar biasa. Teman-teman saya di Celtic dulu bercerita betapa banyaknya surat penggemar yang diterima Ki Sung-yueng setiap hari,” kenangnya. “LAFC telah memanfaatkan basis penggemar dari Korea ini dengan sangat baik. Dampak Son di luar lapangan, terutama karena para pendukungnya, sangatlah signifikan.”

Misi Berikutnya: Membawa LAFC Meraih Gelar Juara

Di usianya yang ke-33, ketajaman Son Heung-min belum memudar. Pengalaman kelas dunianya yang ditempa di Premier League kini ia bawa untuk menulis sejarah baru di MLS. LAFC saat ini berada di peringkat kelima Wilayah Barat dan hampir pasti lolos ke babak playoff.

Dengan sinergi antara Son dan Bouanga, LAFC diyakini memiliki peluang besar untuk kembali meraih gelar juara MLS, seperti yang mereka lakukan pada tahun 2022 bersama Gareth Bale. Jika berhasil, trofi ini akan menjadi hadiah perpisahan yang manis bagi pelatih Steve Cherundolo. Mata dunia kini tertuju pada Son, ikon baru sepak bola Amerika yang siap menorehkan namanya dalam sejarah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *